*Peran Keamanan Di Pesantren*
Siapa pengurus pesantren yang paling di takuti, di benci, di musuhi, bahkan di buly, tak lain dan tak bukan ialah "Keamanan".
Keamanan menjadi pengurus yang paling di sorot dan menjadi peran paling sentral dalam pondok. Keamanan juga menjadi tolak ukur keberhasilan dalam proses pendidikan anak santri. Pelanggaran yang di lakukan santri tentunya akan berhadapan dengan keamanan. Dan ini juga ada kaitannya dengan manfaat tidaknya ilmunya santri. Semakin banyak pelanggaran, maka bisa menjadikan ilmu kurang bermanfaat.
Keamanan menjadi pengurus yang paling di sorot dan menjadi peran paling sentral dalam pondok. Keamanan juga menjadi tolak ukur keberhasilan dalam proses pendidikan anak santri. Pelanggaran yang di lakukan santri tentunya akan berhadapan dengan keamanan. Dan ini juga ada kaitannya dengan manfaat tidaknya ilmunya santri. Semakin banyak pelanggaran, maka bisa menjadikan ilmu kurang bermanfaat.
Tegalrejo dengan 5000 santri lebih bisa di bayangkan tanpa ada keamanan. Bisa jadi santri morat marit tak ada yang mengatur. Dengan personal pengurus yang hanya ratusan saat inipun masih kurang, Namun justru keamananlah yang sering di salahkan dalam setiap tugas tugasnya. Dengan kondisi seperti ini keamanan juga dilema dengan beberapa komplain dari para wali santri, yang kadang tidak tau cara tata tertib di ruang lingkup pesantren.
Berikut kami mencoba mengkaji dari luar dahulu. Mohon di baca secara teliti supaya tidak terjadi salah paham.
Coba kita membaca premis-premis beberapa tokoh dan artikel pendidikan seputar larangan memukul,
1. Ayah Edy (penulis buku pendidikan) dalam subuah acara seminar berkata,
“...jangan pernah menghukum anak dengan menyetrap, memukul, atau menjewer."
2. Sebuah artikel Smart Parenting, Arifah Handayani menulis,
"Hukuman fisik menunjukkan bahwa tidak apa apa untuk melampiaskan kemarahan dengan pukulan atau memukul orang lain karena bersalah..."
3. Dalam artikel berjudul 'Alasan Mengapa Kita Tidak Boleh Memukul Anak' dituliskan,
"Memukul anak malah mengajarkan mereka untuk menjadi orang yang suka memukul... Hukuman fisik bisa membuat anak menangkap pesan yang salah yaitu ‘tindakan itu dibenarkan’..."
4. Dalam detik.com, artikel berjudul "Ini Alasan Dokter Melarang Orang Tua Memukul Anak Sebagai Hukuman" tertulis,
"Para dokter anak dari divisi pediatrik Royal Australasian College of Physicians (RACP) menyerukan bahwa hukuman fisik harus dibuat sebagai sebuah tindakan yang ilegal."
Dari ke-4 premis ini, kita hendaknya berfikir kritis. Tidak latah. Sebab ini adalah perkataan manusia, bukan wahyu. Sehingga, salah rasanya jika ada seorang manusia yang begitu mendengar warta seperti di atas, kemudian 'taqlid' (ikut-ikutan) tanpa mengecek keshahihan hal tersebut.
Bagaimana Islam menilai pukulan dalam pendidikan?
Pada dasarnya, pendidikan itu dengan lemah lembut, hikmah. Bahkan demikianlah sifat Rasulullah shollallohu alayhi wasallam yang disebutkan dalam Kitabullah:
“Maka karena rahmat Allah-lah engkau bersikap lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap kaku dan keras hati, tentu mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu.”
(Ali ‘Imran: 159)
(Ali ‘Imran: 159)
Al-Hasan Al-Bashri rohimahulloh mengatakan:
“Ini adalah akhlak Muhammad shollallohu alayhi wasallam yang Allah utus dengan membawa akhlak ini.”
(Tafsir Ibnu Katsir, 2/106)
(Tafsir Ibnu Katsir, 2/106)
Namun bagaimanapun, keadaan setiap anak berbeda karakter yang berlainan. Demikian pula tabiat mereka. Di antara mereka ada yang cukup dengan pandangan mata untuk mendidik dan memarahinya, dan hal itu sudah memberikan pengaruh yang cukup mendalam serta membuatnya berhenti dari kesalahan yang dilakukannya. Ada anak yang bisa mengerti dan memahami maksud orang tua ketika orang tua memalingkan wajahnya sehingga dia berhenti dari kesalahannya. Ada yang cukup diberi pengarahan dengan kata kata yang baik.
Ada pula anak yang tidak dapat diperbaiki kecuali dengan pukulan. Tidak ada yang memberi manfaat padanya kecuali sikap yang keras. Saat itulah dibutuhkan pukulan dan sikap keras sekedar untuk memperbaiki keadaan si anak dengan tidak melampaui batas.
Ibarat seorang dokter yang memberikan suntikan kepada seorang pasien. Suntikan itu memang akan terasa sakit bagi si pasien, namun itu hanya diberikan sesuai kadar penyakitnya. Sehingga boleh seseorang bersikap keras terhadap anak-anaknya manakala melihat mereka lalai atau mendapati kesalahan pada diri mereka.
(Fiqh Tarbiyatil Abna`, hal. 170-171)
(Fiqh Tarbiyatil Abna`, hal. 170-171)
Apa bukti bahwa dalam Islam ada metode memukul untuk mendidik anak?
Ada hadis yang menerangkan
الشافعي في المختصر : " وعلى الآباء والأمهات أن يؤدبوا أولادهم ويعلموهم الطهارة والصلاة ويضربوهم على ذلك إذا عقلوا "
Imam Syafi'i dalam kitab al-Mukhtashor berkata : " wajib bagi para ayah dan para ibu untuk mendidik anak-anak mereka dan mengajari mereka cara bersuci dan sholat, dan memukul mereka atas hal tersebut jika mereka telah berakal."
Ibnu Qudamah rahimahullah berkata dalam kitab Al-Mughni (1/357):
“Perintah dan pengajaran ini berlaku bagi anak-anak agar mereka terbiasa melakukan shalat dan tidak meninggalkannya ketika sudah baligh.”
ini menjadi catatan penting karena sholat adalah hal yang utama dalam syariat islam
ini menjadi catatan penting karena sholat adalah hal yang utama dalam syariat islam
Pesantren menjadi lembaga tertua di Indonesia, yang sudah turun temurun. Dalam setiap langkah tindakan melewati beberapa proses sehingga santri harus di hukum. Aturan dan tata tertib sudah di sepakati. Di setiap awal tahun dan akhir tahun peraturan pondok selalu di bacakan di depan umum, artinya santri sudah tahu semua aturan itu. Jika ada salah seorang wali santri yang kurang berkenan maka bukanlah salah dari keamanan. Tapi pelajari dulu aturan pondok pesantren barulah untuk menanyakan.
*Pukul di sini tentunya dengan cara yang kira kira tidak dengan keras.
Semoga bermanfaat
Agues Chariri

Agues Chariri