Beberapa tahun yang lalu ada Lima orang mahasiswi asal
Amerika Serikat sedang berada di Indonesia untuk mengenal lebih dekat kehidupan
Muslim di pedesaan Nusantara, tepatnya di kawasan plosokuning Yogyakarta.
Mereka sengaja datang ke pedesaan guna melihat langsung seperti
apa wajah Islam di Indonesia jika dilihat dari dekat. Sebab selama ini mereka mendapatkan informasi bahwa Islam itu ekstrem, keras, teroris dan lain-lain. Sementara realitas Islam di Nusantara setelah mereka melihat langsung justru sangat jauh berbeda dengan informasi yang mereka dapatkan selama ini. Islam di Nusantara yaitu Islam yang kemudian bersinggungan dan hidup harmonis dengan nilai-nilai moral dan etika masyarakat nusantara, sangat menjunjung sikap toleran, memanusiakan manusia atau "nguwongke wong", damai serta anti kekerasan.
apa wajah Islam di Indonesia jika dilihat dari dekat. Sebab selama ini mereka mendapatkan informasi bahwa Islam itu ekstrem, keras, teroris dan lain-lain. Sementara realitas Islam di Nusantara setelah mereka melihat langsung justru sangat jauh berbeda dengan informasi yang mereka dapatkan selama ini. Islam di Nusantara yaitu Islam yang kemudian bersinggungan dan hidup harmonis dengan nilai-nilai moral dan etika masyarakat nusantara, sangat menjunjung sikap toleran, memanusiakan manusia atau "nguwongke wong", damai serta anti kekerasan.
Budaya Nusantara sepengetahuan saya sebagai orang yang lahir
dan besar di tanah kebudayaan Jawa itu sangat Islami, yaitu cinta damai,
menghormati manusia lain, empati terhadap kondisi orang lain, toleran,
mengutamakan dialog dan anti kekerasan.
Ketika nilai-nilai Nusantara itu bersinggungan dengan
nilai-nilai Islam yang bersemangat rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh
alam, bukan hanya rahmat bagi muslim atau pemeluk muslim, maka yang terjadi
bukanlah "dialog" antara Nusantara
dan Islam. Yang terjadi justru " bertemunya sahabat lama yang
saling merindu".
Nilai-nilai kemanusiaan yang berakar dari budaya
Nusantara sama sekali tak bertentangan
dengan Islam yang rahmatan lil alamin itu. Dan kesan itulah yang ditangkap oleh
lima mahasiswi asal Amerika Serikat itu ketika bertemu dan berinteraksi
langsung dengan wong Jawa yang beragama Islam.
Saya berpendapat bahwa lokalitas Islam Nusantara sebenarnya masih mayoritas di negri ini.
Sayangnya, dari sisi suara mereka kalah dengan minoritas Islam yang berkiblat
pada pemahaman Islam transnasional yang berakar pada tradisi Islam Timur Tengah
yang umumnya berfaham fundamental dan radikal dan sebenarnya tak mengakar
dengan realitas historis/sejarah Islam di Nusantara ini.
NU Ranting Istimewa Perum Kota Serang Baru Bekasi
sumber : www.cahayadakwahnu.com