Dalil, teks dan simbol pengetahuan

Beliau Kyai As'ad  adalah ssosok intelektual yg tidak menyukai popularitas. Keengganan berpamer kepandaian dg cara mengutip dalil dan sejumlah referensi Islam merupakan salah satu karakteristiknya.



Dalam mendedahkan pemikiran2nya, beliau amat jarang merujuk secara verbal pada dalil dalil naqli baik al Qur'an maupun  Hadits. Beliau terbilang jarang bertitik tolak secara strick dari nash, tetapi dari sebuah proses perjumpaan ( en counter ) dg realitas-realitas sosial kongkrit.

Mungkin pemandangan seperti ini pasti terlihat ganjil jika dimatriks dari kecendrungan sebagian besar para intelektual yg suka *berdalil ria*.

Secara intelektual  beliau bukanlah tipe pemikir yg hanya mampu mengoper pendapat dari kitab kitab klasik tanpa dikembangkan, namun beliau memiliki kemampuan untuk menerapkan prinsip2 pengambilan keputusan keagamaan atas kasus- kasus kongkrit sesuai dg apa yg ia pandang sebagai kebutuhan masa.

Bahkan tidak jarang beliau mengambil tindakan2 yg secara harfiah-aksara menyimpang dari rumusan hukum ulama terdahulu, sesuatu yg masih dipahami sebagai tabu dan keluar dari nash.

Dalam menghadapi pelbagai masalah, beliau tidak semata mata menyelesaikanya dari sudut legal -formalistik, melainkan secara lebih jauh mencoba memasuki labirin subtansi hukum islam sebagai modal intelektual dalam pemecahan sebuah masalah.

Dalam tataran ini, agaknya beliau tidak mau terjebak pada *jurang   skripturalisme dan tekstualisme*.

Beliau adalah sosok intelektual yang melihat persoalan persoalan Islam bukan dari bunyi teks melainkan dari *balik teks* ( beyond the teks ).

Untuk beliau Al Maghfurlah Kyai As'ad al Fatihah ....