Pejuang Islam NUsantara
Dakwah Santun dan Moderat
Definisi Islam NUsantara
Definisi Islam Nusantara yang paling sederhana
Sejarah Islam NUsantara
Karakter Islam NUsantara
Pemahaman tentang khilafah
*40 FAKTA TIPU DAYA HTI SOAL KHILAFAH*
#1
Jualan khilafah ala minhajin nubuwwah, tetapi kantor pusat di London. Klaim ala minhajin nubuwwah itu kebohongan terbesar abad ini.
#2
Khilafah ala minhajin nubuwwah, kantor pusatnya di Madinah dong. Kenapa malah kantornya di negara kafir dengan sistem kafir?
#3
Khilafah katanya syariat. Tapi muter-muter pas ditanya ayat dan hadist yang secara tegas perintahkan mendirikan khilafah ala HTI.
#4
Semua kibarul ulama non-HT/HTI seluruh dunia Islam, menolak khilafah HT/HTI. Terus propagandanya khilafah itu syariat Islam yang mana?
#5
Semua negara Islam melarang khilafah HT/HTI. Yang tidak melarang hanya negara kafir dengan sistem kafir. Lah jualannya kok anti demokrasi?!
#6
Memperkosa teks klasik yang menyebut kata khilafah dan diframing seolah itu khilafahnya HT. Wong HT saja baru dibikin tahun 1953!
#7
Kata imamah pada teks dipaksakan untuk diartikan sebagai khilafah. Padahal imamah itu konsep khas orang Syiah. Pokoknya apa aja diperkosa!
#8
Riasah ammah (kepemimpinan universal) yang dijelaskan ulama klasik terkait khilafah karena zaman dulu sistemnya begitu. Ada konteks sosial yang mendukung.
#9
Semua ulama kontemporer non-HT menerima nation state sebagai bagian kontekstualisasi kekinian atas konsep khilafah.
#10
Khilafah ala minhajin nubuwwah di syarah hadist hanya merujuk zaman Umar bin Abdul Aziz dan zaman Nabi Isa, bukan khilafah HT/HTI.
#11
Khilafah Nabi Isa di akhir zaman sudah jelas nash sharihnya. Tak perlu dipropagandakan krn itu pasti akan datang pada waktunya.
#12
Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah Bani Umayyah yang tak ada hubungan sama sekali dengan HT/HTI. Bahkan, secara genealogis pun HT/HTI tak punya hubungan dengan kekhilafahan yang ada di sepanjang sejarah Islam.
#13
Fungsi utama khilafah: MENYATUKAN. Kalau HTI hobi buat perpecahan & peruncing perbedaan, berarti tak sesuai fungsi khilafah!
#14
Tak ada satu dalil pun yang bolehkan ganti sistem yang telah disepakati. Prinsipnya asal umat bisa ibadah dengan tenang dan hidup dengan nyaman.
#15
Hanya KHAWARIJ & penerusnya yg selalu ingin ganti sistem secara radikal & tidak secara konstitusional. Mereka bughat!
#16
Standar baik-buruk, benar-salah NKRI bersumber dari konstitusi. Konstitusi dirumuskan oleh para ulama, ilmuwan & para ahli.
#17
Konstitusi digali dari norma agama, norma sosial, adat & kebiasaan. Tak beda dg dasar hukum Islam. Tak hanya Alquran dan hadist, tapi juga ijma', qiyas, urf, adat, dll.
#18
Ijma, qiyas, urf, adat, dll itu produk manusia (bukan wahyu) tapi dijadikan dasar hukum Islam. Maka jangan framing seolah hukum Islam harus dari Allah dan Nabi!
#19
Khilafah Islamiyah itu memperjuangkan syariat dan akhlak mulia. Kalau ada pejuang khilafah tak berakhlak mulia, dia bukan pejuang khilafah islamiyah tapi khilafah syaithaniyah!
#20
Tak ada satu dalil pun yang melarang cinta Tanah Air. Justru cinta Tanah Air sunnah Nabi karena cinta Tanah Air itu normal manusiawi. Kalau ada yang tak cinta Tanah Air, itu manusia tak normal.
#21
Semua ulama non-HTI menyebut NKRI sudah negara Islam karena tak melarang umat beribadah bahkan memfasilitasi.
#22
Kalaupun ada hukum jinayat yang tak sepenuhnya diterapkan, tak kurangi NKRI sbg negara Islam (NI). Semua NI ada kekurangannya.
#23
Konsep khilafah ala HT belum pernah teruji diterapkan, bahkan oleh HT sendiri. Dalam sejarah, khilafah juga banyak kekurangannya.
#24
Khilafah dibangun atas realitas, bukan ilusi. Romantisme masa lalu dan megalomania itu penyakit psikis yang perlu disembuhkan.
#25
Kalaupun NKRI dianggap bukan darul Islam, tapi setidaknya sudah darussalam. Umat Islam wajib menjaga rumah bersama yang penuh kedamaian ini. Jangan mau dibohongi para bughat dengan dalih khilafah!
#26
Prinsip ajaran Islam itu memperbaiki, bermanfaat, dan berkontribusi. Kalau ada yang maunya merusak tatanan yang sudah disepakati, pastikan itu bukan dari ajaran Islam.
#27
Haji ikut kuota NKRI. Nikah di KUA NKRI. Terus NKRI disebut negara thaghut, kan lucu! Dasar haji & penganten thaghut.
#28
HTI tak sanggup ajak Khilafatul Muslimin AQHB untuk gabung. Eh.. mau khilafahkan NKRI dan seluruh dunia. Mimpi!!!
#29
PNS/ASN tapi HTI & sebut pemerintah thagut. Kayak orang kerja sama kafir, tapi bilang anti kafir. Itu kufur nikmat & munafik sejati.
#30
Memanfaatkan fasilitas negara, tapi menthaghutkan penerima. Bahkan, terima BLT dan beasiswa yang diberikan negara. Kalau memang konsisten, tolak dan keluar dari NKRI.
#31
Dalil cinta Tanah Air adalah Nabi pernah berdoa, “Ya Allah, cintakan kami pada Madinah, seperti cinta kami pada Mekah.”
#32
Dalil cinta Tanah Air: tiap kali safar, ketika sampai dan lihat atap rumah rumah di Medina, pasti Nabi percepat laju tunggangannya.
#33
Fathu Mekah itu puncak dari kerinduan & cinta Tanah Air Nabi & para sahabat. Beliau-beliau termotivasi sekali oleh rindu Tanah Air.
#34
Bukti cinta Tanah Air tak dilarang: Nabi biarkan sahabat dengan identitas promordial, contoh al-Farisi, Ar-Rumi, al-Qibthiyah, dll.
#35
Bukti cinta Tanah Air tak dilarang: Nabi biarkan sahabat dengan identitas promordial, contoh al-Farisi, Ar-Rumi, al-Qibthiyah, dll.
#36
Kalau disebut demokrasi bukan dari Islam, maka sistem kerajaan juga bukan dari Islam. Faktanya Bani Umayah dan Abbasiyah menggunakan sistem kerajaan/monarki.
#37
Bahkan, sistem kerajaan terus dipakai hingga kini, seperti oleh Arab Saudi, Qatar, Yordania, dll. Padahal, sistem pemerintahan Khulafa Rasyidin bukan kerajaan.
#38
Sistem kerajaan bahkan jauh lebih tua daripada demokrasi. Toh demokrasi Indonesia mempedomani prinsip syura/musyawarah yang jelas-jelas ada tuntunannya dalam Al-Qur’an dan Hadis.
#39
Kalau ada penyimpangan di NKRI, maka peluang yang sama juga akan terjadi pada sistem apa pun. Karena ini bukan soal sistemnya, tapi orangnya.
#40
Beberapa negara demokrasi modern juga berhasil mencatatkan diri sebagai negara transparan, akuntabilitas, bersih, teratur, adil, maju, dan modern. Singapura contoh yang paling dekat. Padahal Singapura tak pakai sistem khilafah, pakainya demokrasi.
Ustads Radikal vs Ustads NU
"Kenapa ustad radikal itu lebih laku daripada ustad NU ?"
Ini pertanyaan besar dari seorang teman melihat tidak adanya jejak ustad NU muda yang terkenal dan digandrungi banyak orang sekarang ini. Yang ada malah banyak dari HTI.
Dan kita coba jawab pertanyaan ini dengan sebuah penggambaran..
Gerak perkotaan yang tumbuh semakin cepat, menciptakan masyarakat yang juga bergerak dengan cepat. Masyarakat urban ini dibentuk oleh situasi dan kondisi kota besar, sehingga mereka punya gaya hidup yang selalu berubah mengikuti trendnya. Semua menjadi serba instan dan mudah didapat.
Perubahan paling jelas terlihat dari perubahan gaya makanan.
Masyarakat kota besar - terutama generasi baby boomer dan milenial - sudah tidak punya banyak waktu lagi untuk makan dengan makanan nuansa kampung dengan sajian komplit diatas piring.
Mereka sudah terbiasa instan dengan adanya mie dan makanan fastfood seperti burger dan pizza. Pokoknya kalau bisa gak bangkit dari tempat duduknya, itu lebih baik..
Dan situasi ini diperkuat dengan semakin murah dan mudahnya mengakses internet...
Ketika manusia urban ini memasuki fase rohani, hukum yang berlaku bagi mereka juga sama. Mereka cukup buka internet dan melihat siapa ustad yang terkenal disana.
Mereka juga lebih sering googling untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan dalam benak mereka dan mengamini ketika itu datang dari seorang yang dipercaya sebagai "ustad" oleh banyak orang.
"Banyak" menjadi ukuran kebenaran. Yang dilihat kuantitas jamaah, bukan kualitas ceramah..
Tidak ada lagi diskusi bermalam-malam tentang nilai-nilai. Masyarakat urban hanya butuh fatwa halal dan haram sebagai hukum mereka. Tidak perlu bertanya - apalagi menggunakan logika - kenapa ini haram dan kenapa itu halal.
Semua tersedia dalam bentuk kemasan, tinggal buka bungkusnya, panaskan air dan tuangkan, lalu silahkan makan. Persis mie instant..
Dan ustad2 radikal sangat mengerti ini. Dengan kuatnya jaringan dan sumber daya mereka - termasuk keuangan - mereka membangun konten2 ringkas berisi hukum dan fatwa yang disesuaikan dengan kebutuhan jamaahnya.
Mereka juga berani membeli slot-slot acara di televisi yang mahal, supaya bisa menciptakan "penceramah2" muda dan bisa menguasai teknik berbicara.
Dan acara televisi yang sebenarnya untuk konsumsi kota besar, dikonsumsi pula oleh warga daerah yang sebenarnya "tidak siap makan fastfood", tapi apa daya daripada dibilang ketinggalan jaman..
Bumbu pedasnya ada di "kontroversial".
Ketika kontroversial, maka ia akan semakin dipandang dan dicari. Gak penting ilmu yang dalam, cukup seadanya dan hapal beberapa ayat, lalu berjubah, jadilah ia seorang ustad. Makanya banyak mualaf yang tiba2 menjadi ustad, karena memang diciptakan. Padahal namanya mualaf ia seharusnya harus lebih banyak belajar daripada mengajar..
Inilah yang menciptakan supply dan demand yang besar. Ada penawaran dan ada permintaan. Semua dibentuk oleh pasar. Siapa yang menguasai pasar, dialah yang menguasai pembeli..
Sedangkan NU lebih rumit bagi mereka...
Ibarat makanan, NU ini adalah makanan kampung yang penuh dengan penyajian dan tidak cepat saji. Kalau ditanya "haram" dan "halal", ustad2 NU lebih banyak memberikan opsi supaya orang bisa berfikir dan menentukan pilihannya sendiri.
NU juga - sebagai kelemahan - gagap terhadap teknologi. Ketika ustad2 instan itu sudah menerapkan sistem franchise, orang NU tetap berprinsip "tidak buka cabang". Orang NU lebih senang hadir di acara2 pengajian dan duduk mendengarkan ceramah.
Perbedaan model inilah yang menjadi jurang pemisah yang lebar. Ustad NU kurang mendapat perhatian karena sorot lampu tidak tersedia kepadanya, sedangkan ustad instant lebih hidup ketika ada lampu kamera..
Glek. Mendingan bikin kopi dulu aja..
Konspirasi bisnis dan sains dalam pandemi Covid 19
Konspirasi sains yang dituduhkan oleh sebagian orang itu tentu TIDAK benar. Beberapa contoh:
Islam NUsantara
Oleh: Bukhari Muslim S.Th.I M.Th.I
Ketua Umum Mahasiswa PIN Pusat
Dalam sebuah forum diskusi di arena muktamar NU di Jombang, 2015 yang lalu. Kiai Afifuddin Muhajir menjelaskan bahwa “Islam Nusantara” itu tarkib idhafi. Karena itu, Islam Nusantara memiliki tiga, kemungkinan makna; Pertama Islam Nusantara bermaka Islam yang dipahami dan dipraktekkan kemudian mengintemalisasi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Inilah pengertian Islam Nusantara dengan memperkirakan adanya huruf jar "fi" pada frase Islam Nusantara (Islam fi Nusantara). Kedua dengan memperkirakan huruf jar "ba" di antara kata Islam dan Nusantara, “Islam bi Nusantara” dengan ini, maka Islam Nusantara menunjuk pada konteks geografis, yaitu Islam yang berada di kawasan Nusantara. Ketiga pengertian Islam Nusantara dengan memperkirakan huruf jar "lam" yang mengantarai kata "Islam" dan "Nusantara". Dengan ini, "Islam" tampak sebagai subjek, sementara "Nusantara" adalah objek. Dengan demikian, Islam Nusantara adalah pengejawantahan ajaran Islam kepada masyarakat Nusantara. Dahulu misalnya, para Wali Songo mendakwahkan ajaran Islam yang ramah dan santun kepada masyarakat Jawa. Nilai-nilai toleransi dan kemanusiaan yang bercorak sufistik itulah yang membentuk corak keislaman yang berkembang di tanah air.
Menurut Gus Mus istilah Islam Nusantara bagi mereka yang tidak pernah ngaji akan geger dan kaget tetapi bagi yang pernah ngaji pasti tahu idhafah (penyandaran) mempunyai beberapa makna, dalam arti mengetahui kata Islam yang disandarkan dengan kata Nusantara. Beliau mencontohkan “air gelas” apakah maknanya airnya gelas, apa air yang di gelas, apakah air dari gelas, apa gelas dari air. Bagi santri di pesantren sudah diajari untuk memahami yang seperti itu. Menurutnya Islam Nusantara adalah Islam yang ada di Indonesia dari dulu hingga sekarang yang diajarkan Wali Songo, Islam yang damai, rukun, tidak mentang-mentang dan rahmatan lil alamin. Dan menurut Gus Mus, Wali Songo memiliki ajaran-ajaran Islam yang mereka pahami secara betul dari ajaran kanjeng Nabi Muhammad. Wali Songo tidak hanya mengajak bil lisan, tetapi juga bil hal (keteladanan), tidak mementingkan formalitas tetapi inti dari ajaran Islam.
Nusantara kita pernah mengenal sejumlah peradaban yang mencengangkan dunia: Sriwijaya, Malaka, Aceh, Makassar dan Majapahit. Kekuatan maritim dan ekonomi Nusantara begitu dahsyat di masa-masa awal kehadiran Wali Songo. Bahkan ada yang mengatakan, sepertiga perdagangan dunia dikuasai oleh Nusantara.
Pencangkokkan antara Islam dan peradaban Nusantara akan menghasilkan ketahanan dan energi aqwa (terkuat) yang tidak akan diruntuhkan oleh siapapun bahkan negara manapun. Inilah yang dilakukan oleh para Wali Songo dan ulama pendiri NU, khususnya Hadratus Syeikh Hasyim Asy’ari, yang melahirkan prinsip berbangsa dan bernegara “Hubbul Wathan Minal Iman: Nasionalisme bagian dari Iman”, kemudian melahirkan lagu perjuangan “Syubbanul Wathan” karya KH. Wahab Hasbullah serta melahirkan PANCASILA oleh Sukarno.