Larung Sesaji Versi Nelayan Brondong

*LARUNG SAJI VERSI NELAYAN BRONDONG, LAMONGAN*

*_Biological Local Knowledge._*

Oleh : Agus Karyanantio.

Dalam pengembaraan sebagai geologist, kebetulan thn 1999 di pantai selatan Pacitan, thn 2003 di pantai Popoh Tulungagung, thn 2004 di pantai Prigi Trenggalek, thn 2006 di Yosowilangun Lumajang dan 2007 di pantai Muncar Banyuwangi. Dari hasil wawancara insidental dg Nelayan setempat, maka
agama mereka adalah : Hindu, Nasrani, Islam dan Kejawen, mereka merupakan mitra Nelayan Brondong Lamongan, yang memiliki *kavling Rumpon* di perairan P Christmas yg merupakan *Atol besar* dan banyak ikannya. Fakta2 yg disampaikan adlh :

1. Larung saji dilakukan sblm musim angin besar di bulan Januari dan Juli, sehingga mereka adakan larung saji di bulan Desember dan Juni.

2. Upacara adatnya biasa saja tapi bahan2 sesaji harus dibawa dari pantai selatan P Jawa ke Perairan P Christmas khususnya di kavling Rumpon milik Brondong persis di kawasan Terumbu ( nama bukan Indonesia ) dan bukan setahun sekali tapi dua kali setahun.

3. Bahan sesaji nasi, jagung, singkong yg telah direbus plus kepala kerbau / sapi / kambing yg sdh dibakar secukupnya, klaras / daun klapa, tali dan batu, bunga hanya sedikit waktu mau brkt berlayar.

4. Tata cara sesaji, daun klapa yg pertama diturunkan dg hati2  plus pemberat batu, kemudian aneka karbohidrat dan kepala hewan yg sdh dibakar diturunkan. Yg terahir daun klapa diturunkan lagi plus pemberat batu.

Setelah saya tanya, kenapa beda dg yg di Jawa dan kenapa pakai kapal kayu besar yg ukuran 6x25 meter dan hrs jauh ke P Christmas ? Jawabannya adlh ;

1. Rute P Christmas sampai Srilanka, Yaman dan Madagaskar adlh rute dagang para leluhur nelayan Brondong sejak jaman Majapahit.

2. Teknologi kapal kayu besar mulai ada ketika Jaman Majapahit armada lautnya dipimpin Laksamana Nala dari Palembang. Stlh kemunduran Majapahit banyak pasukan tempur laut berubah profesi jd Nelayan dengan kapal besar, sehingga mampu menyebrangi Samudra Hindia menuju P Chritsmas.

3. Daun klaras di dalam air baru akan busuk dan hancur stlh 2 - 3 bulan, guna daun klapa adlh utk rumah bagi plankton dan ikan kecil.

4. Kepala kerbau yg dibakar dan aneka karbohidrat yg dijepit daun klapa akan menumbuhkan jasad renik / plankton, plankton akan mengundang ikan kecil, ikan kecil mengundang ikan besar, mereka aman berkembang biak selama musim angin besar.

5. Setelah musim angin berlalu mulailah mereka datang lagi ke P Chrisymast utk panen pertama dg jaring berlubang besar agar ikan kecil lolos dan sempat membesar. Barulah bulan2 berikutnya mereka panen ikan besar cukup banyak. Jika satu grup kapal ke darat utk jual ikan, maka grup lain menjaga rumpon minim seminggu, baru kmdn panen, begitu bergantian dibawah bendera Rumpon Brondong, bendera rumpon lain spt : Japan, Taiwan, China dll.

Jadi nelayan Brondong dan mitranya org Banyuwangi, Malang, Tulungagung, Trenggalek dan Pacitan, melakukan sesaji dlm rangka memelihara ekosistem laut dua kali setahun, *tanpa unsur klenik, jin dll*.

Itulah adat istiadat Nelayan Brondong dan mitranya, minimal mulai di era ahir Majapahit / 1450-an ke atas.