KURSI RODA (DILARANG) MASUK MASJID
Tahukah anda sesungguhnya bukan hanya anjing yang tidak
diperbolehkan masuk masjid. Kami para Muslim pengguna kursi roda juga tidak
diperkenankan masuk masjid, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Beberapa teman pengguna kursi menyampaikan kesaksiannya
bahwa mereka mendapat teguran secara langsung dilarang masuk ke dalam masjid
oleh pengurus masjid dikarenakan mereka beranggapan bahwa kursi roda yang kami
gunakan lekat dengan najis. Jadi bukan hanya anjing yang membawa najis, tapi
kursi roda kami juga dianggap membawa najis. Sehingga seringkali kami pengguna
kursi roda ikut sholat jum'at di luar masjid, atau kalau terpaksa kami harus
meninggalkan kursi roda kami di luar lalu kami merangkak masuk ke dalam masjid.
Kondisi ini masih diperparah dengan ketiadaan tempat wudhu yang ramah bagi
pengguna kursi roda, maka kami harus berwudhu terlebih dahulu dari rumah ketika
akan sholat di masjid. Nah kalau kemudian sampai di masjid, wudhunya batal?, ya
kami bertayamum dengan debu-debu yang melekat di kaca jendela atau di
tembok-tembok masjid. Lalu apakah sah tayamum seperti itu? tak usahlah berdebat
soal sah atau tidak sah..
Secara tidak langsung, arsitektur bangunan masjid yang
berundak dipenuhi dengan tangga telah mencegah kami pengguna kursi roda untuk
masuk ke dalam masjid. Berdasar pengamatan saya, hampir semua masjid yang ada
di wilayah DKI Jakarta berlantai dua. Lantai dasar dipergunakan untuk kegiatan
pendidikan atau ruang pertemuan yang kadang kalanya bisa disewakan. Sementara
untuk kegiatan sholat berjama'ah ada di lantai dua. sehingga untuk dapat
mengikuti sholat berjama'ah kami pengguna kursi roda harus rela meninggalkan
kursi roda di bawah kemudian merangkak meniti satu per satu anak tangga masjid.
Perlu diketahui bahwa tidak semua pengguna kursi roda dapat
keluar dari kursi rodanya. Bahkan sebagian dari kami pula tidak bisa berganti
kursi roda lain, dikarenakan kursi roda yang kami gunakan dirancang secara
khusus disesuaikan dengan karakter penggunanya.
[Nanti pasti ada yang menasehati saya untuk bersabar
menjalani ujian ini :-) ]
Islam hadir di bumi Nusantara hampir lebih dari 11 abad,
namun persoalan sederhana semacam ini hingga sekarang masih belum
terselesaikan. Pertanyaannya, selama ini umat Islam di Indonesia ngapain saja?
:-)
Padahal jika anda datang beribadah di Masjidil Haram atau
Masjid Nabawi, anda akan melihat para pengguna kursi roda bebas lalu lalang
keluar masuk masjid, tanpa harus dicurigai kursi rodanya membawa najis atau
tidak.
Akhir - akhir ini wacana keagamaan khususnya Islam banyak
didominasi oleh hiruk pikuk politik praktis demi memuaskan hasrat kekuasaan
segelintir orang. Khasanah Islam yang begitu luas dipangkas, dipersempit, dan
dikebiri seakan Islam hanya mengurusi soal - soal yang terkait dengan perebutan
kekuasaan dan politik praktis. Sehingga Islam menjadi tidak peka terhadap
persoalan - persoalan sosial yang ada di sekitarnya.
Narasi - narasi bahwa umat Islam terancam oleh musuh -
musuhnya banyak mewarnai media sosial atau ceramah - ceramah di majlis taklim.
Padahal sesungguhnya narasi "musuh Islam" yang mereka bangun sulit
untuk didefinisikan. Sehingga menciptakan kambing hitam dengan memproduksi
narasi seakan Islam dimusuhi. Itu hanya sekedar musuh imajinatif yang lahir
dari ketidakmampuan umat Islam dalam mengejawantahkan (mendaratkan) ajaran
Islam untuk menyelesaikan persoalan sehari-hari yang dialami oleh masyarakat di
sekitarnya.
Ambil contoh, wacana jihad ke Palestina dan Suriah
mendapatkan sambutan begitu laris manis dari sebagian orang yang terprovokasi
dengan musuh Islam imajiner. Mobilisasi bantuan juga begitu besar dikirim ke
dua negara tersebut. Sementara persoalan akses bagi saudara - saudara kita
penyandang disabilitas di Indonesia tidak pernah tersentuh. Saya membayangkan
dana yang cukup besar tersebut apabila dialokasikan untuk menyediakan akses
pendidikan dan pendidikan termasuk akses layanan keagamaan bagi saudara -
saudara kita penyandang disabilitas, tentu akan sangat bermanfaat.
Sadarkah kalian, ketika kalian berdebat soal pemimpin
rekomendasi ulama atau bukan, ketika anda berdebat soal system pemerintahan
Islam atau bukan. Di sekeliling kita, terdapat 45 anak dari 100 penyandang
disabilitas tidak pernah/tidak lulus SD (SUSENAS 2016), terdapat 14 orang dari
100 mereka yang mengalami gangguan jiwa dipasung, lebih dari 50 orang dari 100
penyandang disabilitas yang tidak bekerja.
Di saat anda sibuk berdebat di Medsos tentang muslimah yang
baik itu berjilbab atau tidak, setiap hari ada saudari kita perempuan
disabilitas yang mengalami pelecehan dan kekerasan seksual di panti, di
sekolahan, dan di keluarganya.
Sepertinya sebagian dari kita sedang gandrung beragama
secara formil, sibuk melengkapi diri dengan symbol – symbol Syariah sehingga
tak punya waktu untuk mewujudkan misi agama sebagai rahmat bagi semesta dan
sesama. Masjid sebagai rumah Allah yang disucikan, mensyaratkan mereka yang
memasukinya bukan hanya suci secara badaniyah dari najis, namun semestinya juga
suci dalam fikiran dan hatinya. Namun sayangnya akhir - akhir ini kesucian
batiniah ini banyak diabaikan oleh sebagian kaum muslimin. Mereka masuk masjid
dengan hati penuh kedengkian, kemudian naik mimbar dengan menebar hasut, dengki
dan fitnah pada sesama. Celakanya, prilaku tersebut diyakini sebagai amal
sholeh dan semangat jihad membela agama.
Kalau najis badaniyah, mudah dilihat sehingga mudah untuk
disucikan cukup dibasuh dengan air suci. Sementara najis bathiniah seringkali
tidak nampak, hanya mereka yang memiliki kejernihan dan kerendahan hati mampu
melihat kotoran hati dan sesegera mungkin mereka menyadari dan membersihkannya.
Sesungguhnya Allah Dzat Yang Maha Suci, maka ketika kita
menghadap Nya pun, harus suci baik secara badaniyah maupun bathiniyah.
Selama ini kata Jihad hanya dimaknai sebagai perang dan
membunuh mereka yang dianggap kafir, sehingga membangun sarana publik yang
ramah disabilitas, mewujudkan sekolah inklusif, dan melindungi mereka yang
terpinggirkan tidak dimaknai sebagai jihad, tidak dimaknai sebagai sebagai Li
I'lai kalimatillah (Mengagungkan Asma Allah).
Sudah terlalu banyak kita ber 'Takbir', mungkin sudah
saatnya kita memperbanyak Basmallah. Sehingga sifat welas dan asih Allah akan
lebih banyak kita wujudkan bagi sesama manusia.
**
Saya menulis status ini tidak ada kaitannya dengan
spiritualitas. Sehingga tak perlu ada nasehat bijak untuk tetap menjaga
kesabaran. Para penyandang disabilitas secara moral dan spiritual memiliki
kualitas spiritual yang bisa jadi lebih kuat dari yang menasehati untuk
bersabar. Jika mereka tidak memiliki kualitas spiritual yang bagus (kesabaran)
mereka sudah pada bunuh diri. :-) Buktinya mereka masih eksis mengisi hidup
mereka penuh dengan makna dan berbagi pada sesama.
Penyediaan akses yang ramah bagi penyandang disabilitas di
tempat peribadatan khususnya masjid sesungguhnya adalah kegiatan yang sederhana
tidak mahal. Ini hanya soal kepekaan terhadap hak sesama saja.
Para umat beragama khususnya Muslim harus sudah mulai
berbenah diri melihat ke dalam. Mulai berbenah memperbaiki layanan untuk
memenuhi hak para umatnya yang selama ini terabaikan. Sudah cukup waktu dan
energi kita sebagai umat beragama diexploitasi untuk kepentingan politik
elektoral yang telah menimbulkan polarisasi dan perpecahan antar sesama umat.
Tugas umat beragama adalah mewujudkan keindahan di langit
menjadi keindahan di bumi. Mewujudkan sifat Ar Rahman dan Ar Rahiim Allah dalam
kehidupan sehari - hari.
Salam Ta'dzim
Cak Fu
Note : Alhamdulillah, di Masjid Ciganjur ada fasilitas yg
membuka lebar bagi muslim pengguna kursi roda. Mereka bisa sholat di dalam
masjid tetap di kursi rodanya, bahkan tempat wudhunya pun juga welcome kepada
muslim pengguna kursi roda.